,

Kisah Dua Warga Belanda Telusuri Jejak Keluarga di Gorontalo

by -56 Views
by

News Gorontalo – Di antara deretan rumah tua peninggalan kolonial di kawasan Kota Tua Gorontalo, dua sosok asing tampak berdiri terpaku di depan sebuah bangunan lawas. Di tangan mereka tergenggam foto lusuh berwarna sepia, yang usianya lebih dari seratus tahun.

2 WNA Belanda Cari Keluarganya di Gorontalo, Modal Foto Temukan Rumah dan  Makam Kakek Nenek - Tribun Gorontalo
Kisah Dua Warga Belanda Telusuri Jejak Keluarga di Gorontalo

Mereka bukan turis biasa, melainkan dua bersaudara asal Belanda, Yannick Jaime dan Kenneth Maxime, yang datang jauh-jauh untuk menelusuri jejak keluarga mereka yang pernah tinggal di Gorontalo pada masa kolonial.


Perjalanan Mencari Akar Sejarah Keluarga

Yannick dan Kenneth datang dengan satu tujuan: menemukan kembali potongan sejarah keluarga mereka yang hilang dalam lintasan waktu. Ditemui di kawasan Kota Tua, Yannick mengaku perjalanan ini sudah mereka rencanakan sejak bertahun-tahun lalu setelah menemukan sejumlah dokumen dan foto lama dari warisan keluarga.

Baca Juga : Polda Gorontalo menggelar bakti kesehatan guna wujudkan masyarakat sehat

“Kami hanya punya foto dan sedikit cerita dari nenek kami. Tapi hati kami yakin, kami harus datang ke Gorontalo,” ujar Yannick dengan suara bergetar.

Foto yang mereka bawa memperlihatkan seorang pria dan perempuan Belanda yang berdiri di depan rumah kolonial di tepi laut. Dari catatan keluarga, mereka adalah J. Caffin dan Beatrise Anetta Caffin, buyut mereka yang pernah menetap dan meninggal di Gorontalo.


Jejak J. Caffin, Kepala Pelabuhan Gorontalo

Dari arsip yang berhasil mereka telusuri di Belanda dan Indonesia, J. Caffin tercatat lahir di Belanda pada 15 Maret 1865 dan wafat di Gorontalo pada 25 September 1949. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Pelabuhan Gorontalo pada tahun 1890, masa ketika pelabuhan menjadi pusat perdagangan dan aktivitas ekonomi di pesisir utara Sulawesi.

Sementara sang istri, Beatrise Anetta Caffin, lahir di Ambon pada 21 Juni 1873 dan meninggal di Gorontalo pada 16 Juni 1962. Makam pasangan ini diyakini masih berada di salah satu kompleks pemakaman tua di kawasan kota lama.


Harapan Menemukan Warisan Kemanusiaan

Selama di Gorontalo, keduanya dibantu oleh sejumlah pegiat sejarah lokal untuk menelusuri arsip dan lokasi bersejarah. Bagi Yannick dan Kenneth, perjalanan ini bukan sekadar pencarian identitas keluarga, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan kemanusiaan dan hubungan panjang antara Belanda dan Indonesia.

“Kami merasa seperti pulang ke rumah yang tak pernah kami kenal,” kata Kenneth. “Tempat ini membuat kami mengerti bahwa sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang siapa kita hari ini.”

telkomsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.