News Gorontalo — Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi pasar yang semakin dinamis, logam mulia seperti emas kembali menjadi primadona investasi masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah timur. Dalam kondisi volatilitas tinggi yang kerap membuat banyak instrumen investasi lain goyah, emas tetap bersinar sebagai “safe haven” atau aset lindung nilai yang relatif stabil.
Emas selama ini dikenal luas sebagai instrumen investasi yang mampu mempertahankan nilainya di tengah tekanan inflasi dan depresiasi mata uang. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya minat masyarakat terhadap produk tabungan dan cicilan emas dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di wilayah Makassar dan sekitarnya.
Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kanwil VI Makassar, Ngadenan, mengungkapkan tren positif ini tidak lepas dari karakter budaya masyarakat timur Indonesia yang memang sejak lama menjadikan emas sebagai bentuk simpanan jangka panjang. “Masyarakat kita dari dulu memang suka menyimpan emas, suka menabung emas. Kenaikan harga emas justru membuat semangat masyarakat semakin tinggi untuk menabung,” ujarnya dalam sesi Media Gathering, Rabu (25/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa data internal Pegadaian Kanwil VI Makassar mencatat jumlah nasabah tabungan emas saat ini telah mencapai 287 ribu orang, dengan total kepemilikan emas sebanyak 500,3 kilogram atau senilai sekitar Rp971 miliar. Selain itu, produk cicilan emas juga menunjukkan lonjakan signifikan dengan kontribusi hampir menembus Rp1 triliun, seiring masifnya strategi promosi dan edukasi keuangan yang dijalankan.
“Tabungan emas kini bukan sekadar tren, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup investasi masyarakat. Kami terus memperkuat literasi dan edukasi keuangan agar masyarakat paham manfaat jangka panjang dari investasi emas,” jelas Ngadenan.
Pegadaian juga mengupayakan perluasan akses layanan emas dengan berbagai strategi, mulai dari penguatan komunikasi publik melalui media massa, edukasi literasi keuangan di sekolah-sekolah dan kampus lewat program ‘Pegadaian Mengajar’, hingga kerja sama business to business (B2B) dengan berbagai instansi dan perusahaan swasta maupun pemerintah.
Selain menjadi instrumen investasi yang relatif aman, emas juga memiliki keunggulan likuiditas tinggi dan mudah dicairkan kapan saja. Faktor inilah yang membuat emas tetap diminati masyarakat, terutama saat terjadi gejolak ekonomi global seperti kenaikan harga energi, ketegangan geopolitik, maupun perlambatan ekonomi dunia.
Ngadenan menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen menjaga ekosistem investasi emas di wilayah Makassar dan Indonesia Timur melalui berbagai inovasi digital dan layanan inklusif. Pegadaian terus mendorong masyarakat untuk mulai berinvestasi meskipun dari nominal kecil, sebab nilai emas akan terus mengalami tren kenaikan jangka panjang.
“Kami ingin masyarakat semakin melek investasi, bukan hanya menabung uang, tapi juga memiliki instrumen yang nilainya tahan terhadap inflasi. Emas adalah salah satu cara cerdas untuk melindungi kekayaan dan merencanakan masa depan,” pungkasnya.
Dengan strategi ini, Pegadaian berharap tren pertumbuhan investasi emas akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang, memperkuat peran masyarakat dalam membangun kemandirian finansial serta ketahanan ekonomi lokal.